Senin, 21 Juli 2008

KETIKA AKU MENCINTAIMU




Cinta adalah kebutuhan pokok manusia.Tanpa cinta,maka hidup ini akan hampa kehilangan nyawa. Demikian pula yang sesungguhnya terjadi antara suami istri.


Cinta itu perlu ada dan ''berbicara'', tak sekedar di maklumi.


Lalu bagaimanakah semestinya cinta antara suami istri itu mengambil bentuknya...??


''Biarkan hati kita menuntun logika untuk mendapatkan jawabanya''...mungkin baca buku,bisa menjadi pembimbing sekaligus pentunjuk bagi kita.




Sebuah tuturan bahasa kalbu, seorang istri kepada suaminya,untuk menemukan kembali kekuatan makna cinta mereka,setelah sempat tersudut di ruang tanpa cahaya.


Sesuatu yang bukan tidak mungkin dapat terjadi pada kita semua karena datangnya bukan tiba-tiba,namun perlahan ,mengikis kukuhnya monumen cinta yang tegak,sejak ijab qabul diikrarkan.




Detik-detik ijab qabul adalah sebuah monumen sederhana yang memiliki energi potensial dasyatnya untuk mengubah kehidupan dua anak manusia yang akan menjadi suami istri.


Cinta yang akan di bangun antara suami istri bukanlah cinta layaknya roman picisan atau kisah sentimentil first love at first sight. Tapi sebuah cinta yang di dasari cinta kepada allah. Sesungguhnya hal inilah yang akan menguatkan cinta dan kasih sayang karena allah yang manumbuhkan rasa cinta di hati manusia.


Dan huibungan ini adalah sebuah ikatan emosional yang kuat karena kecintaan kita kepada suami atau istri kita adalah atas dasar kecintaan kepada zat yang maha kekal.




Proses pembentukan anak manusia di alam rahim adalah sebuah kejadian penuh bahasa cinta. proese tersebut berjalan di bawah komando yang tidak seluruhnya mampu di ukur dengan akal namun dapat di hayati dengan hati yang bersih,bahwa semua itu di lakukan atas dasar cinta-nya pada manusia.Dia mencintai kita,melebihi kecintaab yang pernah ada diantara manusia.Cinta itu kemudian di turunkan kepada naluri seorang ibu terhadapjanin dalam rahimnya.


''Apakah seorang ibu pernah melihat sosok janin di rahimnya??''




Ada hati-hati yang terikat janji cinta kepada allah untuk selalu mengabdi dan menghiasi akhalknya.Hati-hati yang sepakat untuk saling mencintai,mendukung,dan memelihara.Hati-hati yang tak rela pada hadirnya amarah ,sebab tak hendak padamkan sinar kasih dari mata-mata yang senantiasa memancarkan cahaya keikhlasan.




Pernikahan juga memiliki kebutuhan emosional.Hubungansaling memahami,simpati,toleransi dan motivasi. Ketika kita tengah di dera permasalahan,suami atau istri kitalah orang paling bisa dipercaya dan aman sebagai tempat curahan hati.


Dan kitalah yang seharusnya menjadi manusia terbahagia di dunia ketika suami atau istri kita mendapat karunia yang indah dari allah swt..


Kita selalu merasa nyaman dan tentram ketika berada didekatnya.




Satu per satu para ''pengusik'' itu menampakkan ''wajah'' di dalam pernikahan.


Mungkin kita selalu ingat pesan dari orang tua kita. Disinilah letak asam manis pedasnya sebuah pernikahan.


Bila tidak pandai-pandai meracik komposisi asam manis pedasnya pernikahan,mungkin bila terlalu asam,sakitnya bisa sampai kehati. Bila terlalu pedas rasa pedihnya bisa dibawa mati.




Mungkin suatu ketika anda merasakan sepertinya anda kehilangan cinta terhadap pasangan hidup anda. Tapi percayalah sesungguhnya bukan cintalah yang berkurang namun sebatas simpati yang menghilang.




Begitulah perhatian-perhatian kecil yang di berikan pada saat yang tepat seringkali membuahkan cinta yang besar. Hal-hal kecil tersebut merupakan sebagian kecil dari aktivitas positif yang dapat menyuburkan pohon cinta. Akar-akarnya menjulang di hati,batangnya kokoh,rantingnya menjulang kelangit,daunya rimbun,buahnya ranum. Menaungi dan memberi kebahagiaan pernikahan kita,keluarga dan mesyarakat.




Setiap ''pengorbanan'' demi cinta terasa indah. Bahkan aku pun memahami bahwa pengorbanan-lahir maupun batin- adalah sebuah konsenkuensi logis dan tabiat cinta itu sendiri. Pengorbanan itu mengalir bak alunan air yang gemulai menyelusup di antara bebatuan sungai. Lembut,tak ada yang terempas.